Bandar Lampung, (Dinamik.id) – Industri film Indonesia kembali menghadirkan kisah menegangkan yang sarat makna melalui film terbaru berjudul Perempuan Pembawa Sial. Film ini menyoroti sisi gelap mitos lokal, pergulatan batin seorang perempuan, dan pertaruhan cinta yang dibayang-bayangi kutukan.
Menghadirkan Raihaanun sebagai Mirah, sosok perempuan berusia 32 tahun yang hidup dalam keterasingan karena diyakini membawa kemalangan. Ia dikutuk dengan mitos Bahu Laweyan, legenda yang menyebutkan bahwa setiap pria yang mencintai atau menyentuhnya akan berakhir dengan kematian tragis. Stigma masyarakat membuat Mirah hidup dalam kesendirian dan penuh rasa bersalah.
Kehidupan Mirah berubah ketika ia dipertemukan dengan Bana (diperankan Morgan Oey), pemilik warung makan yang tulus dan berani menerima Mirah apa adanya. Kehangatan Bana membuka harapan baru bagi Mirah untuk meraih kebahagiaan yang selama ini mustahil baginya. Namun, rahasia kelam terkuak: kutukan yang menghantui Mirah ternyata bukan semata takdir, melainkan ulah saudara tirinya, Puti (Clara Bernadeth), yang memendam dendam lama.
Film Perempuan Pembawa Sial menghadirkan kisah yang tidak hanya membenturkan antara cinta dan kutukan, tetapi juga menyuarakan isu tentang stigma sosial, mitos yang membelenggu perempuan, serta perjuangan seorang wanita untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.
Disutradarai dengan sentuhan dramatis yang penuh ketegangan, film ini memadukan unsur mistis, psikologis, dan romantis. Penonton akan diajak bertanya: apakah benar nasib bisa diubah, atau kutukan akan selalu menang atas cinta?
“Kami ingin menghadirkan film yang tidak sekadar hiburan, tetapi juga mengajak penonton merenungkan bagaimana masyarakat sering menghakimi perempuan atas mitos atau nasib buruk yang menimpanya. Mirah adalah representasi dari banyak perempuan yang berjuang melawan stigma,” ungkap produser film ini.
Film Perempuan Pembawa Sial dijadwalkan tayang di bioskop seluruh Indonesia pada [isi tanggal rilis jika sudah tersedia], dan diharapkan menjadi salah satu film Indonesia yang menggugah diskusi tentang cinta, kutukan, dan keberanian melawan takdir.(*)