Bandar Lampung, (dinamik.id) — DPD Partai Golkar Lampung dijadwalkan menggelar Musyawarah Daerah (Musda) pada Februari 2025. Momentum itu menjadi ajang pertarungan gagasan kader partai besutan Bahlil Lahadalia itu.
Meskipun masih dua bulan lagi, sejumlah nama mulai mencuat masuk dalam bursa untuk menduduki kursi Golkar Lampung I. Mereka diantaranya, Ismet Roni, Aprozi Alam, Rycko Menoza, Abi Hasan Muan.
Pengamat Politik dan Kebijakan Publik dari Universitas Lampung, Dedi Hermawan, mengatakan bahwa waktu yang tersisa harus dimanfaatkan dengan baik untuk memberi ruang bagi semua kader Golkar untuk menampilkan diri sebagai kandidat.
Menurutnya, Partai Golkar memiliki banyak stok kader yang berpotensi, sehingga ini adalah kesempatan bagi siapa saja yang ingin maju.
“Ini waktunya menunjukkan eksistensi dan menyampaikan ide-ide, gagasan untuk membangun partai yang lebih baik Kedepannya,” ujar Dedi saat dimintai tanggapan, Selasa (3/12/2024).
Dedi menegaskan, selain menunjukkan eksistensi, calon ketua Golkar Lampung harus mampu memberikan ide-ide dan gagasan yang jelas untuk kemajuan partai.
Ia juga menyoroti pentingnya refleksi atas kepemimpinan Arinal Djunaidi yang dinilai tidak sehat bagi Golkar, terutama karena dianggap melawan arus pusat dan mengambil langkah yang tidak sejalan dengan partai.
“Hal itu menjadi catatan bagi siapapun sosok yang ingin maju harus merefleksikan peristiwa kepemimpinan yang tidak baik era Arinal Djunaidi, bagaimana ide dan gagasan-gagasan masa lalu kepemimpinan Golkar tidak terjadi lagi,” ujarnya.
Dedi juga berharap, kandidat yang akan tampil tidak hanya karena populer atau memiliki elektabilitas tinggi, tetapi juga memiliki ide dan gagasan yang matang untuk memajukan partai.
Disinggung soal potensi dan peluang kader muda akan mencalonkan diri sebagai kandidat ketua umum, ia menyatakan bahwa peluang itu terbuka dan harus dibuka.
Terkait potensi kader muda yang mencalonkan diri, Dedi menyatakan bahwa peluang tersebut terbuka lebar, asalkan mereka memiliki rekam jejak yang baik.
Menurutnya, sistem internal partai harus memastikan bahwa calon pemimpin memiliki integritas, kinerja yang terbukti, visi yang jelas, dan pemahaman tentang kondisi aktual serta masa depan.
“Penting untuk memastikan bahwa siapa pun yang maju dalam kontestasi ini sudah melewati sistem yang memastikan kualitas kepemimpinan. Ini agar tidak terjadi lagi kepemimpinan yang berpindah partai atau melawan arus partai,” ujar Dedi.
“Tidak lagi menghasilkan sosok pemimpinan atau ketua umum yang hanya berorientasi kekusaan sempit, dan jangka pendek,” tambahnya.
Menurutnya, masyarakat mengharapkan perubahan politik yang lebih baik, yang dapat dimulai dengan reformasi dalam tubuh partai. Salah satunya adalah reformasi dalam proses rekrutmen kepemimpinan, dengan menjunjung tinggi integritas, kinerja, serta visi yang futuristik.
“Golkar harus berkembang menjadi partai yang lebih kuat, dengan mengaktualisasikan nilai-nilai demokrasi dalam tubuhnya. Kita harus menghapus sistem dinasti dan oligarki yang mendominasi dukungan politik,” tutup Dedi. (Amd)
Penulis : Ahmad Mufid