Bandar Lampung (dinamik.id) – Bincang Demokrasi bertajuk “Telaah Demokrasi Indonesia” di sambut antusias oleh para peserta dengan menghadirkan 2 (dua) pembicara yakni, Dr. Wahyu Iryana. M.Hum, (Akademisi & Peneliti LDS) dan Hermansyah S.H.I.,M.H. (Anggota Bawaslu Provinsi Lampung), 24 November 2022.
Dalam pemaparannya Wahyu Iryana mengatakan inti dari demokrasi adalah kesinambungan dan membuat role of game. Secara historis, hal itu dikembangkan pada masa Yunani Kuno oleh filsuf bernama Solomon, karena pada masa itu terjadi praktik perbudakan.
“Sementara di Indonesia, dalam catatan sejarah, perkembangan demokrasi juga mengalami berbagai dinamika. Semula pertemuan ide demokrasi terjadi pada tokoh-tokoh pergerakan angkatan pertama yang berkesempatan mengenyam pendidikan perguruan tinggi di luar negeri saat masih masa penjajahan,”kata dia.
“Demokrasi selalu menyesuaikan dengan jiwa zamannya. Seperti era Soekarno dengan konsep demokrasi terpimpin dan beralih menjadi demokrasi Pancasila,”jelasnya.
Sedangan Hermansyah fokus membahas enam isu yang menjadi tantangan demokrasi konteks pemilu/pilkada 2024 mendatang. Keenam isu tersebut yakni Kompleksitas teknis dan kerumitan penyelenggara, ambang batas parlemen 4%, terpecah konsentrasi pada pileg, pilpres dan pilkada, masyarakat lebih fokus pada pemilu eksekutif, Tantangan penegakan hukum dan obral janji vs gagasan.
“Pemilu dan pilkada yang demokratis dan subtansial hanya mungkin dicapai jika kita menggunakan regulasi yang tegas, peserta yang kompeten yang di usung oleh partai politik, pemilih yang cerdas yaitu terdidiknya masyarakat mengenai pilihan pemimpin yang mengedepankan gagasan menyelesaikan masalah sosial yang di hadapi masyarakat, selain itu birokrasi yang netral dan penyelenggara yang berintegritas,”tegasnya.
Sementara itu Direktur Lampung Democracy Studies Een Riansah mengatakan agenda ini merupakan komitmen LDS untuk menghadirkan ruang publik yang sehat dan mencerdaskan.
“Demokrasi hanya mungkin tumbuh jika masyarakat mempunyai kesadaran politik dan demokrasi. Kesadaran tersebut bisa hadir jika pendidikan politik dan demokrasi tersebut terus di jalankan secara masif dan tepat menyasar masyarakat,” lanjutnya.
Diskusi ini, lanjutnya, sengaja digelar secara dalam jaringan (daring) agar bisa diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. Mengingat realitas virtual hari ini juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat.
Een, begitu sapaan akrabnya, juga berterimakasih atas antusias publik yang mengikuti diskusi tersebut serta memohon maaf kepada teman-teman yang tidak bisa ikut dalam diskusi karena over kapasitas. Antusias ini tentu merupakan energi bagi kami untuk tetap Istiqomah menggelar agenda Bincang Demokrasi kedepan. Tutupnya (Sandi)