Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Digugat: Pileg 2024 Dikehendaki Kembali ke Orde Baru

Selasa, 3 Januari 2023 - 18:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bandar lampung (dinamik.id) – November 2022 lalu, gugatan mengenai sistem Pemilihan Umum (PEMILU) proporsional terbuka memasuki sidang perdana.

Gugatan tersebut dimohonkan oleh dua kader politik dan empat perseorangan warga negara. Mereka diantaranya Demas Brian Wicaksono (pengurus Partai PDI Perjuaangan (PDI-P)), Yuwono Pintadi (anggota Partai Nasional Demokrat (Nasdem)), Fahrurrozi, Ibnu Rachman Jaya, Riyanto, serta Nono Marijono, dengan Pemohon Perkara Nomor 114/PUU-XX/2022.

Pemohon berdalil sistem pemilu tersebut cenderung mengakomodir caleg pragmatis, dan menimbulkan individualisme para politisi, yang berakibat pada konflik internal dan kanibalisme di internal partai politik yang bersangkutan, hingga caleg tidak memiliki keterikatan dengan parpol, dan biaya caleg yang sangat mahal.

ADVERTISEMENT

addgoogle

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menanggapi hal tersebut Akademisi Hukum Tata Negara Universitas Lampung (UNILA) M. Iwan Striawan,M.H mengatakan sebagian gugatan tersebut telah diterima. Oleh karena itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah mewacanakan pemilu proporsional tertutup dengan daftar list, sama persis dengan sistem pemilu pada tahun 1999.

Baca Juga :  Pastikan Situasi Jelang Pemilu 2024 Aman Dan Kondusif, Sat Binmas Polres Mesuji Lakukan Cooling System

“Daftar Calon Legislatif (caleg) ditampilkan pada papan pengumuman, akan tetapi masyarakat hanya memilih gambar partai politik,”terang dia.

Menurutnya kedua sistem pemilu tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Jika memakai sistem pemilu proporsional terbuka, pertama, baliho caleg dan capres, wapres akan memenuhi kota Bandar Lampung dan mengurangi keindahan tata ruang itu sendiri. Bagaimana tidak 18 partai yang akan berkompetisi dalam ajang perpolitikan itu setidaknya memiliki perwakilan yang cukup banyak.

Baca Juga :  Soni Setiawan: Anggaran Sosper Sesuai Peruntukan

Diantaranya DPR-RI, DPD RI, DPRD Kabupaten Kota hingga pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Jika per-dapil terdapat 10 caleg dari 1 partai, maka keseluruhan 18 partai akan ada 180 caleg. 180 caleg pasti memasang balihonya masing-masing dan itu baru 1 dapil.

“Selanjutnya sistem pemilu proporsional terbuka, kecenderungan politik uang akan menyasar masyarakat. Hal tersebut karena masing-masing caleg berlomba-lomba memperoleh dukungan dengan menebar uang ke masyarakat,” tambah dia.

“Sementara sistem pemilu proporsional tertutup, politik uang hanya menyasar segelintir elit partai. Karena elit partai menjual kursi ke penawar tertinggi atau akrab dengan istilah menjual kursi jadi,”.

“Misal dari 04 kursi yang jadi, no 01, 02, 03, dan 04 ditawarkan kepada calonnya dengan harga yang beragam dan tentu no 01 dijual dengan harga tertinggi. Hal tersebut terjadi karena yang menentukan siapa legislatifnya adalah DPP,”imbuhnya.

Baca Juga :  Arinal dan Sutono Jalani Pemeriksaan Kesehatan Persiapan Pilgub Lampung 2024

Sistem pemilu proporsional terbuka dan tertutup seperti buah simalakama, dimakan bapak mati, tidak dimakan ibu mati. Jikalau memakai sistem terbuka politik uang menyasar masyarakat, kalau sistem tertutup politik uang menyasar elit parpol.

“Meski terdapat lembaga bawaslu, gakumdu dan lembaga yang lain. Tidak mungkin bisa memberantas politik uang secara keseluruhan,” terangnya.

Menurutnya juga kedua sistem tersebut tidak melanggar konstitusi. Oleh karena dalam Undang-undang dasar 1945 sebagai batu uji menyebutkan penyelengara pemilu bersifat independen dan tetap. Dan tidak menyebutkan apakah sistem pemilu proporsional terbuka maupun sistem proporsional tertutup. (Sandi)

Berita Terkait

Ketua DPRD Lampung Dukung Langkah DPR RI- ATR/BPN Ukur Ulang HGU SGC
Pansus DPRD Lampung Kompak Begadang Rampungkan Pembahasan RPJMD
Ahmad Mughis Soroti Maraknya Konten dan Penyebaran LGBT, Dorong Edukasi di Sekolah dan PIP
Harlah ke-27 PKB, Khoir: Saatnya Perkuat Jati Diri dan Perjuangan untuk Rakyat
Politisi PKB Munir Abdul Haris Berharap Polri Terus Jadi Penjaga Keamanan
Anggota Fraksi PKS Syukron Muchtar Desak Langkah Tegas Pemprov Lampung Sikapi Maraknya LGBT
Politisi Senior Demokrat Kritik Minimnya Kehadiran Pejabat Eselon di Rapat Paripurna
Wacana Perpanjangan Masa Jabatan, Fraksi PDI Perjuangan Lampung : Warning Untuk Meningkatkan Kinerja

Berita Terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 15:25 WIB

Ketua DPRD Lampung Dukung Langkah DPR RI- ATR/BPN Ukur Ulang HGU SGC

Rabu, 9 Juli 2025 - 21:09 WIB

Pansus DPRD Lampung Kompak Begadang Rampungkan Pembahasan RPJMD

Minggu, 6 Juli 2025 - 17:17 WIB

Harlah ke-27 PKB, Khoir: Saatnya Perkuat Jati Diri dan Perjuangan untuk Rakyat

Rabu, 2 Juli 2025 - 19:21 WIB

Politisi PKB Munir Abdul Haris Berharap Polri Terus Jadi Penjaga Keamanan

Rabu, 2 Juli 2025 - 16:41 WIB

Anggota Fraksi PKS Syukron Muchtar Desak Langkah Tegas Pemprov Lampung Sikapi Maraknya LGBT

Berita Terbaru

DPRD Provinsi

Ketua DPRD Lampung Dukung Langkah DPR RI- ATR/BPN Ukur Ulang HGU SGC

Kamis, 10 Jul 2025 - 15:25 WIB

DPRD Provinsi

Pansus DPRD Lampung Kompak Begadang Rampungkan Pembahasan RPJMD

Rabu, 9 Jul 2025 - 21:09 WIB