Lampung (dinamik.id) – Bertemu dengan pengajar bahasa Prancis dari seluruh dunia menjadi pengalaman luar biasa. Demikian yang diungkapkan Madame Setia, sapaan akrab salah seorang Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Prancis di FKIP Universitas Lampung ( Unila ).
Perempuan yang memiliki nama lengkap Setia Rini, S.Pd., M.Pd., itu bercerita bagaimana dia berhasil menerima beasiswa pelatihan pengajar bahasa Prancis beberapa waktu lalu, tepatnya di Kota Vichy, Prancis.
Tampak dari foto-foto yang dikirim melalui WhatsApp , Selasa, 26 Desember 2023, terlihat Madame Setia sangat bangga bisa berada di Prancis. Dia bahkan dengan bangga berfoto menggunakan baju batik Unila di depan Menara Eiffel untuk menunjukkan bahwa dosen Unila mampu meraih prestasi jauh hingga ke Eropa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Madame Setia menuturkan, beasiswa yang dia dapatkan bernama Formasi d’Enseigner le FLE Aujourd’hui: V ulture, Société et Nouvelles Tendances Pédagogiques atau Pelatihan Pengajar Bahasa Prancis sebagai Bahasa Asing: Budaya, Masyarakat, dan Tren Pembelajaran Saat Ini.
Formasi d’Enseigner le FLE Aujourd’hui : Vulture, Société et Nouvelles Tendances Pédagogiques merupakan pertemuan pendidikan musim dingin tahun 2023 di Prancis. Total 172 peserta pelatihan dari 42 negara berpartisipasi dalam kelas yang berjumlah 46 jam pelajaran itu.
Kegiatan ini diselenggarakan Pusat Pembelajaran Cavilam dan perwakilan Indonesia yang diorganisir Institute Français d’Indonésie (IFI) untuk para pengajar bahasa Prancis di Indonesia pada tahun 2023.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan setiap pengajar bahasa Prancis dan diharapkan dapat belajar secara nyata tentang kehidupan dan budaya di Prancis pada musim dingin.
Madame Setia yang menjadi satu-satunya perwakilan Unila dan Provinsi Lampung kemudian terpilih mengikuti pelatihan di Pusat Pembelajaran Cavilam (Alliance Française) di Kota Vichy, Prancis. Selama kurun waktu tiga minggu, yakni sejak Akhir November hingga Desember, ia bersama sepuluh dosen, lima guru, serta lima pengajar di IFI.
Pengalaman ini memberi kesan luar biasa bagi Madame Setia karena ia berkesempatan belajar dengan pengajar yang luar biasa dan kompeten.
“Saya tidak berhenti bersyukur karena mendapat pengalaman luar biasa diberikan kesempatan belajar di aliansi terbaik di Prancis, bertemu dengan pengajar bahasa Prancis dari berbagai negara, dan itu betul-betul membuka pola pikir kami,” ujar dosen yang selalu terlihat akrab dengan para mahasiswanya itu.
Apalagi, menurutnya proses seleksi untuk beasiswa ini cukup ketat. Ia harus menyiapkan curriculum vitae (CV) dalam bahasa Prancis, sertifikat berbahasa Prancis (DELF) level B-2, hingga membuat lettre motivation. Maka tak heran keberhasilannya mendapatkan beasiswa ini menjadi prestasi membanggakan baginya sebagai seorang dosen dan Prodi Bahasa Prancis FKIP Unila.
Untuk mempelajari kehidupan dan budaya di Prancis setiap peserta masing-masing ditempatkan di keluarga angkat (Famille d’Accueil). Madame Setia sendiri ditempatkan bersama keluarga angkat (Famille d’Accueil) di Kota Vichy bersama peserta dari Myanmar dan Amerika.
“Penempatan kami dipisah masing-masing tinggal bersama Famille d’Accueil untuk tahu bagaimana kehidupan mereka, kebiasaan mereka, dan juga lebih banyak praktik berbicara bahasa Prancis,” katanya.
Madame Setia juga mengirimkan foto keluarga angkatnya. Dalam foto itu, terlihat keakraban Madame Setia yang berpelukan dengan anggota keluarga pemilik rumah dan peserta lainnya.
Saat ditanya mengenai harapannya setelah mengikuti pelatihan di Prancis, Madame Setia mengutarakan akan memanfaatkan ilmu yang didapat dengan melakukan sosialisasi kepada Perhimpunan Pengajar Bahasa Prancis Seluruh Indonesia (PPPSI) Cabang Lampung, terkait kebutuhan pengajaran bahasa Prancis sebagai bahasa asing dan mempraktikkan ilmu di kelas kepada para mahasiswa.
Selain itu, guna meningkatkan kualitas Prodi Pendidikan Bahasa Prancis Unila, prodi menerima banyak saran baik yang akan dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai prioritas prodi. Salah satu yang dapat dilakukan yakni melakukan kerja sama internasional.
Kerja sama internasional inilah yang nantinya memberikan dampak positif bagi Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila, serta meningkatkan indikator kinerja utama (IKU) perguruan tinggi.
Madame Setia berharap, pengalaman yang telah ia bagikan dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk meningkatkan semangat belajar dan mencari segala peluang untuk menuju Prancis.
“Kewajiban utama mahasiswa adalah belajar, bukan sekadar rutinitas tapi harus benar-benar berjuang melakukan yang terbaik sehingga akan mendapatkan hasil terbaik dan banyak pintu untuk ke Prancis, serta yang terpenting pantaskan diri kalian,” pungkasnya.
Madame Setia juga berpesan kepada para dosen untuk tidak berhenti meningkatkan kemampuan menjadi seorang pengajar karena ilmu itu dinamis diiringi perkembangan zaman dan teknologi sehingga para dosen dapat mencetak generasi berkualitas di bidang bahasa Prancis. (Naz)