Nama saya Noer Is’ad Mahdi atau biasa panggil Icad, siswa SMAN 2 Bandar Lampung.
Saya adalah salah satu peserta program Kennedy-Lugar Youth Exchange & Study (KL-YES). Program pertukaran pelajar untuk siswa SMA yang disponsori oleh pemerintah Amerika Serikat untuk tinggal dan bersekolah di Amerika selama sekitar 10 bulan.
Saat ini saya sudah mengikuti program selama 7 bulan. Saya tinggal di kota Columbus, negara bagian Indiana. Saya bersekolah di Columbus North High School yang berjarak sekitar 15 menit dari rumah.
Saya tinggal dengan orang tua angkat (host family), mereka berumur kurang lebih 55 tahun sama seperti orang tua saya di Indonesia.
Host family saya sangat baik dan toleransi, mereka juga sangat “open” dan ingin belajar budaya baru dari saya. Mereka banyak belajar dan bertanya kepada saya terkait budaya masyarakat di Indonesia, dan juga terkait kehidupan seorang Muslim.
Walaupun mereka memiliki agama yang berbeda dengan saya, mereka sangatlah “respect” dan mendukung keperluan saya sebagai seorang Muslim yang tinggal disini.
Mereka juga menjaga makan saya dengan menyediakan makan-makanan yang halal, dan memastikan bahwa saya memiliki waktu untuk beribadah.
Waktu berpuasa di Columbus tentunya berbeda dengan di Lampung. Karena saat ini musim semi, waktu imsak sekitar jam 6 pagi dan berbuka di jam 8 malam. Jadi, durasi puasa sekitar 14 jam.
Karena di sini Masjidnya lumayan jauh dan tidak terdengar suara Adzan seperti di Indonesia, saya menggunakan aplikasi dari ponsel, Muslim Pro.
Saya biasanya juga menggunakan alarm telepon genggam saya untuk bisa mengingatkan dan membangunkan saya ketika waktu sahur telah tiba.
Untuk sahur, saya biasanya memasak makanan yang simple seperti telur, waffle, pancake, dan juga sereal. Atau biasanya juga saya menghangatkan makanan yang sudah saya buat ketika berbuka seperti nasi goreng.
Selain itu, saya juga biasanya dimasakkan makanan oleh orang tua angkat saya di sini. Saya juga berencana untuk memasak rendang untuk berbuka dan makan bersama orang tua angkat saya.
Di sini ada Asian Market atau pasar yang menjual produk-produk dari benua Asia yang tidak terlampau jauh yang menyediakan berbagai bumbu dan bahan makanan halal yang bisa saya beli.
Di Columbus, orang-orang lumayan beragam, sehingga saya tidak risau dan khawatir dengan identitas saya sebagai seorang muslim dari Indonesia.
Pihak sekolah penuh toleransi, saya diperbolehkan untuk menggunakan ruangan kosong untuk saya beribadah saat waktu sholat zuhur datang.
Teman-teman di sini juga sangat toleran, mereka khawatir saya sakit karena berpuasa, tapi karena saya bilang bahwa saya sudah terbiasa, dan mereka pun tidak risau.
Selain itu, karena saat ini saya mengikuti olahraga Track and Field (suatu olah raga atletik yang termasuk lari, lompat dan lempar) teman-teman saya membantu mengingatkan waktu berbuka ketika kami sedang berada di perlombaan yang biasanya sampai malam yang mengharuskan saya berbuka puasa di sela-sela perlombaan.
Mereka juga pernah menyisihkan snack dan bahkan membelikan saya makanan untuk saya berbuka puasa di sela-sela perlombaan Track and Field.
Untuk kegiatan komunitas muslim di sini, dilaksanakan secara offline/in-person, karena situasi Covis-19 di sini sudah lumayan terkendali.
Mereka mengadakan buka bersama dan juga tarawih berjamaah. Namun saya belum sempat untuk datang dikarenakan penuh dengan jadwal sekolah dan juga kegiatan kerelawanan lainnya.
Saya dan teman saya berencana untuk datang ke masjid pada minggu terakhir bulan Ramadhan. Saya biasanya menunaikan shalat tarawih di rumah, dikarenakan waktu shalat tarawih disini sekitar jam 10 malam, dan jarak masjid lumayan jauh dari rumah.
Tidak adanya suara adzan, berbuka, sahur, dan ngabuburit bersama bersama teman dan keluarga besar adalah beberapa hal yang yang terasa sangat berbeda ketika saya menjalani ibadah puasa di sini.
Walaupun begitu, saya tidak patah semangat untuk beribadah. Walaupun di sini durasi puasanya lebih panjang, bagi saya tidak terlalu berbeda signifikan karena cuaca yang dingin dan sejuk sehingga tidak mudah haus.
Puasa tahun ini sangat berkesan dengan situasi yang baru. Walaupun memang berbeda dari biasanya, saya sangat bersyukur tetap bisa menjalankan ibadah puasa bersama teman-teman dan keluarga baru.
Menurut saya, Ramadan tidak hanya sekedar sebatas menjalankan ibadah saja tapi juga ajang berkumpul dan membuat memori dengan orang-orang sekitar.