Bandar Lampung, (dinamik.id) — Sebagai salah satu rangkaian program Menatap Tubuh Bahasa Festival Seni Bahasa Lampung, Rumah Kebudayaan Kober bekerjasama dengan Kemendikbud RI melalui platform Dana Indonesiana, menggelar Festival Teater Berbahasa Lampung pada tanggal 24-27 Juli 2024 di GTT Taman Budaya Lampung dan akan dihadiri oleh kurang lebih 1.400 penonton.
Ketua pelaksana Festival Teater Bahasa Lampung, Iskandar, menyampaikan bahwa festival yang akan dibuka oleh PJ Gubernur Lampung, Dr. Drs. Samsudin, S.H., M.H., M.Pd ini akan menampilkan 9 pertunjukan teater berbahasa Lampung dan digelar selama 4 hari.
“kita bekerjasama dengan berbagai grup teater dari berbagai daerah; Lampung Utara, Metro, Pesawaran, Lampung Barat, hingga Bandar Lampung. Kita juga telah merangkul Prodi Bahasa Lampung FKIP Unila untuk ikut serta. Harapannya, semakin ramai, semakin besar gema yang kita ciptakan dalam rangka merevitalisasi bahasa lampung,” ujarnya.
Iskandar menyebutkan bahwa ke 9 penampil akan membawakan naskah drama yang sebelumnya telah diadaptasi ke dalam Bahasa Lampung, seperti lampung abung, menggala, pesisir, dan pubiyan. Ada sebanyak 5 naskah pilihan yang telah diterjemahkan oleh para sastrawan penutur dari Lampung.
“Dialog dalam pertunjukannya, 100 persen berbahasa Lampung, sebagaimana yang telah kita persiapkan sebelumnya; di bulan maret kemaren kita telah menggelar berbagai workshop, di antaranya workshop adaptasi dan penerjemahan naskah drama ke bahasa Lampung, workshop keaktoran, dan workshop penyutradaraan. Lalu setelah workshop, dilakukan training dan reahersal pertunjukan selama 3 bulan. Itu semua dalam rangka mempersiapkan festival ini,” ujarnya pria yang akrab disapa GB tersebut.
Gb menambahkan kesembilan pertunjukan yang akan digelar yaitu “Bubbai Banei” oleh Teater Kurusetra UKMBS Unila, “Nayah Ghasan” oleh Teater Pintu Tanah UKMF KSS Unila, “Nyemalang” oleh Teater Fulcolor dan Teater Sangkar Mahmud UKMKO, “Nyesak Jodoh” oleh Teater Malam, “Kahjong Sejati” oleh Teater Bikra MA Dinniyah Putri Lampung, “Bekhasan” oleh Sanggar Seni Gauri, Nganar oleh SEKUBAL FKIP Unila, dan “Ngelamar” oleh Teater Mentari UM Metro.
Ia menegaskan bahwa teater merupakan media seni yang paling baik sebagai media revitalisasi sekaligus diseminasi bahasa Lampung kepada masyarakat.
“Pada perhelatan kali ini, teater memang tidak menyasar pada kualitas artistik teater semata, namun lebih menempatkan teater sebagai mendium bagi pelaku teater dan penonton untuk secara bersama-sama menatap, melihat, mengingat, melakukan tindak refleksi, dan selanjutnya melakukan familiarisasi bahasa Lampung,” ujarnya.
Festival ini adalah festival teater berbahasa Lampung pertama yang digelar di Indonesia.
“kami berharap masyarakat bisa melihat jernih urgensi acara ini. Setelah lebih 60 tahun provinsi Lampung berdiri, belum banyak langkah signifikan yang kita ambil untuk menjadikan kebudayaan di Lampung membaik, khususnya dalam aspek bahasa. Kita masih punya banyak PR. Tapi semoga upaya kecil kita ini dapat memberi sumbangsih yang bermanfaat dan membuat bahasa Lampung lebih berdaya dalam mengintervensi realitas kebudayaan di Lampung,” tutupnya. (Amd)