Piil Pesenggiri sebagai Etos Gerakan KOPRI: Emansipasi, Martabat, dan Identitas Perempuan Lampung

Kamis, 24 Juli 2025 - 14:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penulis : Halimatussa’diah Maulidya Ulfa

Bandar Lampung, (Dinamik.id) – Setiap daerah di Indonesia memiliki nilai budaya yang menjadi pedoman hidup masyarakatnya.
Di Lampung, ada falsafah hidup yang disebut Piil Pesenggiri. Nilai ini mengajarkan
pentingnya menjaga harga diri, malu berbuat salah, dan aktif dalam kehidupan sosial. Bagi
orang Lampung, Piil Pesenggiri merupakan dasar dalam bertingkah laku dan bersikap, baik
dalam keluarga maupun di tengah masyarakat.

Di tengah perubahan zaman, peran perempuan juga ikut berkembang. Perempuan kini tidak
hanya aktif di rumah, tapi juga di sekolah, kampus, organisasi, hingga ruang publik. Banyak
perempuan yang mulai bersuara, memperjuangkan haknya, dan ikut memajukan masyarakat.
Salah satu wadah yang mewakili gerakan perempuan di kalangan mahasiswa adalah KOPRI
(Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri). KOPRI adalah tempat berkumpul dan
belajar bagi kader perempuan muda yang ingin ikut membangun masyarakat dan melawan
ketidakadilan, khususnya terhadap perempuan.

ADVERTISEMENT

addgoogle

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perempuan Lampung yang tergabung dalam KOPRI tentu punya tantangan dan keunikan
tersendiri. Di satu sisi, mereka membawa semangat perjuangan untuk setara. Tapi di sisi lain,
mereka juga hidup dalam nilai budaya seperti Piil Pesenggiri, yang sering dianggap hanya
cocok untuk kehidupan tradisional. Padahal, jika dilihat lebih dalam, nilai-nilai dalam Piil
Pesenggiri justru bisa menjadi kekuatan untuk membentuk gerakan perempuan yang kuat,
berani, dan tetap menjaga martabat.

Baca Juga :  Unila Siapkan Fasilitas Terbaik untuk Pelaksanaan UTBK-SNBT 2023

π˜Ώπ™šπ™›π™žπ™£π™žπ™¨π™ž: π™‹π™žπ™žπ™‘ π™‹π™šπ™¨π™šπ™£π™œπ™œπ™žπ™§π™ž 𝙙𝙖𝙣 π™Žπ™₯π™žπ™§π™žπ™© π™€π™’π™–π™£π™¨π™žπ™₯π™–π™¨π™ž π™‹π™šπ™§π™šπ™’π™₯π™ͺ𝙖𝙣 π™†π™Šπ™‹π™π™„
1. Sakai Sambayan (Gotong Royong)
Semangat saling bantu yang menekankan kolektivitas. Dalam gerakan KOPRI, nilai ini
hadir lewat solidaritas antarkader perempuan: saling menguatkan dalam menghadapi
ketidakadilan, membangun ruang advokasi bersama, serta mendorong pemberdayaan
yang tidak individualistik.

2. Nemui Nyimah (Ramah Tamah)
Sikap terbuka dan menghargai perbedaan. Bagi KOPRI, nemui nyimah berarti
membangun gerakan yang inklusif dan dialogis. Nilai ini tercermin dalam kaderisasi
yang empatik, saling menghargai, dan jauh dari pendekatan otoriter.

3. Nengah Nyampur (Berbaur)
Partisipasi aktif dalam masyarakat. KOPRI menghidupkan nilai ini dengan mendorong
perempuan hadir di ruang public berorganisasi, berdiskusi, hingga terlibat dalam
pengambilan Keputusan sebagai pemimpin dan penggerak perubahan.

4. Juluk Adek (Memiliki Nama Baik)
Menjaga kehormatan lewat sikap jujur, kritis, dan bermartabat. Dalam KOPRI, juluk
adek bukan soal citra pasif, tapi integritas dalam bersikap, konsistensi dalam
memperjuangkan keadilan, serta menjaga kemurnian gerakan dari nilai-nilai yang
membebaskan.

Baca Juga :  UTBK Unila Caruk Maruk, Peserta Mengeluh

π˜Ώπ™žπ™£π™–π™’π™žπ™ π™– π™„π™£π™©π™šπ™§π™–π™ π™¨π™ž: 𝙆π™ͺ𝙑𝙩π™ͺ𝙧𝙖𝙑, π™Žπ™©π™ͺ𝙠𝙩π™ͺ𝙧𝙖𝙑 𝙙𝙖𝙣 π™‚π™šπ™£π™™π™šπ™§
Perempuan Lampung hari ini hidup di tengah tarik-menarik antara nilai adat,ketimpangan
sosial, dan konstruksi gender yang terus bergeser. Mereka menghadapi tantangan eksternal maupun internal antara warisan tradisi dan impian pribadi. Nilai luhur seperti Piil Pesenggiri bisa menjadi kekuatan, namun dalam struktur patriarki sering berubah menjadi alat kontrol.
Perempuan diajarkan diam demi menjaga β€œmalu sai” dan nama baik keluarga.
Secara struktural, peran perempuan masih dibatasi stereotip. Sikap kritis dianggap
membangkang, keberanian dinilai melawan kodrat. Namun, dalam ketegangan itulah gerakan seperti KOPRI menemukan maknanya sebagai ruang belajar dan bertanya tentang kebebasan tanpa kehilangan akar budaya. Nilai-nilai tradisi pun perlu dilihat sebagai pijakan masa depan,
bukan beban masa lalu.

π™Žπ™©π™§π™–π™©π™šπ™œπ™ž π™‹π™šπ™£π™™π™šπ™ π™–π™©π™–π™£ π™„π™£π™€π™«π™–π™©π™žπ™›: π™ˆπ™šπ™’π™—π™ͺπ™’π™žπ™ π™–π™£ 𝙀𝙩𝙀𝙨 𝙇𝙀𝙠𝙖𝙑 𝙙𝙖𝙑𝙖𝙒 π™‚π™šπ™§π™–π™ π™–π™£ π™‹π™šπ™§π™šπ™’π™₯π™ͺ𝙖𝙣
Gerakan perempuan seperti KOPRI menemukan kekuatannya justru saat mampu menjahit nilai lama dengan kesadaran baru. Tidak perlu memilih antara modern atau tradisional, karena keduanya bisa bersatu dalam gerak yang relevan dan membumi. Membumikan Piil Pesenggiri bukan berarti kembali ke ruang pembatas, melainkan membacanya ulang sebagai sumber
pembebasan: rasa malu dimaknai sebagai malu pada ketidakadilan, dan harga diri diukur dari keberanian bersuara.

Baca Juga :  Ketua PWI Lampung Minta Wartawan Terus Berbenah

Nilai-nilai lokal seperti sakai sambayan, nemui nyimah, nengah nyampur, dan juluk adek bisa menjadi napas gerakan: gotong royong, kasih, keberanian hadir, dan jejak perjuangan bermartabat. KOPRI menunjukkan bahwa menjadi perempuan Lampung dan menjadi
perempuan merdeka bukanlah dua hal yang harus dipisahkan. Emansipasi yang paling kuat justru lahir dari akar budaya sendiri.

π™‹π™šπ™£π™ͺ𝙩π™ͺπ™₯
Menjadi perempuan yang berani tidak harus berarti meninggalkan budaya. Dalam falsafah Piil Pesenggiri, kita menemukan bahwa kehormatan dan harga diri bukan penghalang perjuangan, tapi justru sumber tenaganya. Bagi perempuan KOPRI, nilai-nilai ini bukan beban masa lalu, melainkan napas yang menyatu dalam langkah gerakan hari ini.
Di tengah arus zaman, identitas budaya bukan tembok, melainkan akar. Dan dari akar itulah perempuan bisa tumbuh, menantang ketidakadilan dengan keberanian yang bersahaja, dengan
suara yang bersumber dari tanah tempat ia berpijak.(**)

Berita Terkait

Pra-Pelatihan Kepemimpinan Nasional, PC PMII Lamteng Angkat Isu Pemberdayaan Petani Lokal
Konferancab GP Ansor Bangun Rejo, Miftahul Munir Fauzi Terpilih Sebagai Ketua Masa Khidmat 2025-2028
Kadisdikbud Lampung Dukung Lomba Puisi Esai Tingkat SMA dan Mahasiswa
Perkenalkan Program Unggulan, Tim Promosi Unsab Audiensi ke ASDP Bakauheni
Kader PKDN M Julianto Desak Pengurus segera Gelar Munas Persatuan
Akademisi Yusdianto Pertanyakan Kinerja BKSDA dan TNBBS Atasi Konflik Manusia dan Hewan
Perkuat Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Perempuan, PGE Ulubelu Luncurkan Program Hortikultura
Aktivis Lampung Dwiki Simbolon Ditetapkan Sebagai Korwil II PP GMKI 2025–2027

Berita Terkait

Kamis, 24 Juli 2025 - 14:01 WIB

Piil Pesenggiri sebagai Etos Gerakan KOPRI: Emansipasi, Martabat, dan Identitas Perempuan Lampung

Senin, 21 Juli 2025 - 15:03 WIB

Pra-Pelatihan Kepemimpinan Nasional, PC PMII Lamteng Angkat Isu Pemberdayaan Petani Lokal

Senin, 21 Juli 2025 - 14:03 WIB

Konferancab GP Ansor Bangun Rejo, Miftahul Munir Fauzi Terpilih Sebagai Ketua Masa Khidmat 2025-2028

Kamis, 17 Juli 2025 - 18:53 WIB

Kadisdikbud Lampung Dukung Lomba Puisi Esai Tingkat SMA dan Mahasiswa

Kamis, 17 Juli 2025 - 14:26 WIB

Perkenalkan Program Unggulan, Tim Promosi Unsab Audiensi ke ASDP Bakauheni

Berita Terbaru

Opini

Buruh Migran: Pejuang Devisa yang Terlupakan

Kamis, 31 Jul 2025 - 15:27 WIB

Tulangbawang Barat

Polres Tubaba Gelar Pemeriksaan Kesehatan Berkala untuk Personel

Kamis, 31 Jul 2025 - 14:04 WIB