Bandar Lampung (dinamik.id) – Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kota Bandar Lampung selenggarakan Diskusi dengan mengangkat tema Efektivitas Peran Generasi Muda Dalam Pengawasan Pemilu tahun 2024.
Agenda tersebut menghadirkan 3 (tiga) pembicara yakni mantan Ketua Bawaslu Provinsi Lampung Fatikhatul Khoiriyah (Pendiri dan Penggiat Lampung Democracy Studies), Een Riansah, selaku Direktur Lampung Democracy Studies dan Sekretaris DPD KNPI Bandar Lampung dan Sumarni Akademisi Universitas Muhammadiyah Pringsewu.
Acara ini dilaksanakan di Hotel Asoka pada Rabu, 23 November 2022 dengan mengundang berbagai perwakilan Ormas Kepemudaan dan Kemahasiswaan diantaranya AISNU, JPPR, NETFID, PMII, HMI, IMM, KAMMI, GMNI, KMHDI, PMKRI dan BEM/DEMA UM Lampung, Universitas Malahayati, Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya, STKIP PGRI dan Saburai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Humas Bawaslu Kota Bandar Lampung Yusni Ilham mengatakan pemuda memiliki peran yang besar dalam proses pemilu.
“Karena itu, dalam kesempatan ini kami menghadirkan peserta dari perwakilan-perwakilan pemuda atau mahasiswa. Sebab mereka adalah representatif pemuda-pemudi yang ada di Bandar Lampung yang wajib mendapatkan edukasi politik,”ujarnya.
Sementara itu, Fatikhatul Khoiriyah dalam pemaparannya mengatakan Pemilu menjadi salah satu sarana perwujudan kedaulatan rakyat.
“Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar,” Tegas mbak Khoir.
Senada dengan itu, Een Riansah menyampaikan dalam konteks pemilu hari ini pemuda merupakan jumlah pemilih mayoritas. Yaitu mencapai 60% dari total keseluruhan pemilih.
“Pemuda yang diperkirakan akan mencapai puncak keemasaan pada bonus demografi 2045 mesti memulai mendominasi kehidupan politik di Indonesia. Pemuda memiliki peran etis dalam proses pemilu”ujarnya.
“Peran etis yang dimaksud disini adalah pemuda wajib melakukan edukasi-edukasi politik ideal dan memecahkan persoalan-persoalan politik, seperti politik uang, black campaign yang terlanjur membudaya, dan masih banyak yang lain,”tambahnya.
Ditempat yang sama, Sumarni memaparkan pemuda harus dengan selektif memilih keberpihakan, karena jika salah akan berakibat pada proses pemilu itu sendiri.
“Pemuda semestinya meningkatkan partisipasi politik secara luas dan mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan pemilu yang aman, damai tertib dan lancar,”pungkasnya. (Sandi)