Lampung (dinamik.id) – Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Lampung menemukan adanya dugaan ketidaksesuaian dalam pemberian insentif pajak kendaraan bermotor di Provinsi Lampung. Dalam laporan audit per 31 Desember 2023, terungkap bahwa sejumlah kendaraan yang seharusnya tidak berhak mendapatkan insentif justru menerimanya, yang berpotensi mengurangi penerimaan pajak daerah, Senin, 14 Oktober 2024.
Dari target Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp3,3 triliun, realisasinya mencapai Rp3,2 triliun atau 97,70%. Sebagian besar dari pendapatan tersebut berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang mencapai Rp1 triliun. PKB dihitung berdasarkan Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) dan faktor tertentu yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung.
Sistem pemungutan pajak ini dikelola oleh 15 UPTD yang tersebar di seluruh kabupaten/kota melalui aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan PKB dan BBNKB Provinsi Lampung. Namun, audit BPK menemukan ketidaksesuaian dalam penerapan aturan terkait kendaraan bermotor dengan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) warna kuning, yang seharusnya diperuntukkan bagi kendaraan angkutan umum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kendaraan Plat Kuning Tanpa Badan Hukum
Audit BPK mencatat adanya 7.305 kendaraan dengan TNKB warna kuning yang dimiliki perorangan, padahal aturan mensyaratkan kendaraan umum harus dimiliki oleh badan hukum. Sementara itu, sebanyak 21.581 kendaraan lainnya sudah berbadan hukum. Kendaraan TNKB kuning yang dimiliki perorangan tidak dikenakan pajak progresif, menyebabkan tarif PKB yang dikenakan hanya 1,5%. Ini mengakibatkan potensi kehilangan penerimaan pajak.
1.508 Kendaraan Tak Terdaftar di Dishub
BPK juga menemukan bahwa 1.508 kendaraan bermotor dengan TNKB kuning tidak terdaftar dalam data Dinas Perhubungan (Dishub). Pemberian insentif pajak kepada kendaraan-kendaraan ini dinilai tidak sesuai dengan aturan, yang berpotensi merugikan penerimaan daerah sebesar Rp2,7 miliar.
Ketidaksesuaian KBLI pada Badan Usaha
Sebanyak 180 badan usaha yang mengajukan rekomendasi STNK untuk angkutan umum barang dan penumpang tidak memiliki Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sesuai dengan aturan Pergub Lampung Nomor 29 Tahun 2022. Hal ini menyebabkan potensi kehilangan pajak sekitar Rp1,5 miliar.
Semntara itu, Kepala Dishub Provinsi Lampung, Bambang Sumbogo, menanggapi temuan BPK dengan menjelaskan bahwa pihaknya telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani oleh tiga instansi, yaitu Dishub, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), serta Badan Pendapatan Daerah (Bapenda). SKB ini akan dikirim ke UPTD Samsat di Lampung untuk memastikan proses pemberian insentif pajak lebih tertib.
Bambang menegaskan bahwa pemberian insentif bagi kendaraan angkutan umum harus memenuhi beberapa syarat, termasuk kepemilikan kendaraan oleh badan hukum, TNKB berwarna kuning, serta memiliki kode KBLI yang terdaftar dalam sistem OSS dan terverifikasi. Jika syarat-syarat ini tidak dipenuhi, insentif tidak akan diberikan.
“Mulai 5 Januari 2025, insentif hanya akan diberikan jika KBLI badan usaha telah terverifikasi,” jelasnya.
Ia juga menyatakan bahwa kendaraan yang tidak memenuhi persyaratan akan terus dipantau oleh Bapenda Provinsi Lampung, dan proses perpanjangan plat TNKB kuning akan diblokir jika tidak memenuhi syarat.