Bandar Lampung, (dinamik.id)- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung memiliki senjata baru dalam perang melawan banjir. Senjata yang digunakan yakni pembuatan lubang biopori sebayak 1000.
Pjs Wali Kota Bandar Lampung, Budhi Darmawan mengatakan banjir merupakan tantangan yang tidak mudah dan tidak murah untuk diatasi. Namun langkah pembuatan lubang biopori diharapkan bisa mengurangi genangan saat musim hujan.
“Dengan langkah-langkah yang kita mulai hari ini, diharapkan akan menjadi gerakan besar yang diikuti seluruh masyarakat dan didukung oleh para pengusaha di Bandar Lampung,” kata Budhi usai membuat lubang bipori di Kecamatan Panjang, Rabu (13/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Budhi mengatakan biopori dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung akan disebari di 20 kecamatan di Kota Bandar Lampung.
“Balai Besar telah menyediakan 40 set alat pembuatan biopori, dengan alokasi minimal satu hingga dua set per kecamatan, bergantung pada tingkat kerawanan banjir di wilayah tersebut. Diharapkan alat ini dapat meningkatkan kapasitas resapan air,” tambahnya.
Pjs Wali Kota juga mengingatkan bahwa meskipun inisiatif serupa sudah dilakukan sejak 2007 dengan pembuatan 10 ribu lubang biopori, namun perkembangan Bandar Lampung pesat, termasuk perumahan dan industri, sehingga kapasitas resapan air kini sangat terbatas.
“Gerakan awal ini dimulai dengan 1.000 biopori, dan kami berharap tahun depan jumlahnya bisa ditingkatkan lebih dari 10 ribu dengan dukungan pengusaha untuk turut serta di lingkungan masing-masing,” katanya.
Kepala BBWS Mesuji Sekampung Lampung, Roy Panagom Pardede menjelaskan bahwa pembuatan biopori cukup mudah menggunakan alat bor manual maupun mekanik untuk melubangi tanah, lalu dipasangan paralon yang sudah diberikan lubang.
“Kami memberikan bor mekanik dan mesin bor untuk melubangi paralon. Total satu set kurang lebih Rp2 jutan. Kita berikan hari ini 20 lokasi yang tersebar di 20 kecamatan di Kota Bandar Lampung,” ujarnya.
Roy menilai biopori cukup idel untuk mengurangi genangan jika dilakukan secara massal seperti di perkantoran, lapangan terbuka, dan taman.
“Tanah di Bandar Lampung sering kali berlapis aspal, sehingga air sulit meresap. Dengan lubang biopori, diharapkan masalah ini bisa diatasi dan genangan air berkurang,” tutupnya.