Bandar Lampung, (Dinamik.id) — Anggota DPRD Provinsi Lampung, Fatikhatul Khoiriyah, S.H.I., M.H., menegaskan pentingnya menghapus stigma terhadap anak yang pernah berhadapan dengan hukum (ABH) dan memberikan mereka kesempatan kedua untuk tumbuh dan berdaya.
Hal tersebut disampaikan dalam Talkshow Festival Restorative Lampung bertema “Hapus Stigma, Setiap Anak Berhak Setara dan Berdaya”, yang digelar PKBI Lampung bekerja sama dengan program INKLUSI – Kemitraan Australia – Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif, Senin (27/10/2025), di Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung.
Dalam paparannya, legislator yang akrab disapa Khoir ini menegaskan bahwa pendekatan terhadap anak tidak seharusnya berpusat pada kesalahan, tetapi pada kesempatan kedua yang layak mereka dapatkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Setiap anak, di mana pun dia lahir dan bagaimana pun latar belakangnya, punya hak untuk tumbuh dan bermimpi,” ujar Khoir.
Menurutnya, stigma sosial menjadi tembok besar yang menghambat pemulihan anak.
“Banyak anak sudah menjalani proses hukum, tapi tidak pernah benar-benar pulih karena stigma masyarakat. Label seperti ‘nakal’ atau ‘tidak berguna’ itu menghancurkan kepercayaan diri anak. Stigma bukan hanya menyakiti, tapi juga menutup pintu masa depan,” tegasnya.
Ia menekankan pentingnya pendekatan keadilan restoratif (restorative justice) dalam memperlakukan anak yang berkonflik dengan hukum.
“Pendekatan restoratif mengajak kita berpikir berbeda: bukan siapa yang salah, tapi bagaimana kita bisa memulihkan. Prinsipnya sederhana, bukan menghukum, tapi membimbing; bukan mengasingkan, tapi memulihkan,” jelasnya.
Khoir juga mendorong kolaborasi lintas sektor agar Lampung dapat menjadi daerah yang restoratif dan ramah anak, dengan sinergi antara DPRD, Dinas Sosial, Bapas, Forum Anak, LPA, dan komunitas masyarakat.
“Kita ingin Lampung dikenal sebagai daerah yang memulihkan anak-anaknya, bukan menghukumnya,” imbuhnya.
Ketua Fraksi PKB DPRD Lampung ini juga menekankan, setiap anak berhak setara dan berdaya. Kesalahan bukan akhir, tapi bagian dari proses tumbuh.
“Hapus stigma, beri kesempatan. Ganti penghakiman dengan pelukan, ganti cibiran dengan dukungan. Anak yang hari ini kita pulihkan, besok bisa menjadi orang yang menyelamatkan banyak anak lainnya,” pungkasnya. (Amd)











