Bandar Lampung (dinamik.id)–Asean Democracy Network merupakan jaringan demokrasi yang diikuti oleh lebih dari 40 Negara di asia.
Nilai-nilai inti ADN adalah untuk mempromosikan dan mempraktikkan prinsip-prinsip demokrasi melalui pengembangan pemerintahan inklusif, pemajuan hak asasi manusia, kesetaraan dan inklusivitas, pencegahan diskriminasi, keamanan manusia, promosi pemilihan yang bebas, adil dan bermakna, pendidikan demokrasi serta kebebasan pers dan tanggung jawab.
Dalam agenda ADN tersebut Fatikhatul Khoiriyah.S.H.I. MH. dan Yan Barusal.S.H dari Lampung Democracy Studies menjadi perwakilan NGO Demokrasi Lampung yang ikut serta dalam agenda yang di selenggarakan di Bali 7-8 November.
Founder Lampung Democracy Studi Fatikhatul Khoiriyah mengatakan agenda ini sangat relevan untuk melakukan upaya peningkatan kapasitas jejaring masyarakat sipil yang berkonsentrasi pada upaya penguatan kualitas demokrasi.
“Lampung Democracy Studies Alhamdulillah bisa menjadi bagian dari ADN. Agenda ini penting untuk dapat melihat lebih luas problem demokrasi hari ini. Ditambah hal ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kapasitas diri dan agenda ini juga akan di manfaatkan untuk bertukar informasi persoalan demokrasi di Indonesia khususnya di provinsi Lampung,” paparnya, Minggu, 6 November 2022.
“LDS sudah menyiapkan hasil riset dan analisis mengenai problem yang ada di Lampung, seperti demokrasi dan agama, demokrasi dan ekonomi, demokrasi dan politik, demokrasi dan lingkungan serta Hukum dan HAM khususnya yang ada di Lampung,” tambahnya.
Sementara, Yan Barusal selaku pengurus divisi pendidikan dan pelatihan LDS mengatakan bahwa upaya ADN ini menjadi kesempatan yang luar biasa untuk meningkatkan kapasitas diri seperti bagaimana melakukan kampanye advokasi serta upaya-upaya menghadirkan narasi yang sehat di ruang publik.
“Salah satu problem lanjut Yan sapaan akrabnya yang serius adalah masih dominannya narasi yang sentimentil yang menyasar emosional masyarakat, bukan demokrasi ide atau gagasan dalam membangun keadilan dan kesejahteraan di masyarakat,” terangnya.
“Padahal para pendiri bangsa Indonesia mengajarkan kita untuk selalu mempersoalkan ide dan gagasan, seperti Mohammad Hatta misalnya, yang melakukan kritik terhadap konsep demokrasi terpimpin ala Soekarno. Hal semacam itulah yang perlu kita jaga dan bangun kembali, agar kualitas demokrasi kita dibangun atas dasar ide dan gagasan,” tuturnya. (Sandi)