Bandar lampung (dinamik.id) – Teknologi informasi, laju perkembangannya semakin pesat. Aktivitas masyarakat pun perlahan beralih ke dunia digital. Hal tersebut bisa dilihat dari kegiatan ekonomi, proses tranksaksi jual beli ramai dilakukan melalui media sosial. Sama halnya dengan
dunia politik, pencitraan partai dan kampanye nilai-nilai marak dilakukan di dunia virtual. Begitupun dengan dunia pendidikan.
Semasa pandemi covid-19 memuncak, pendidikan digital merupakan alternatif terbaik agar proses pembelajaran tetap berjalan ditengah aktivitas publik dibatasi sebagai upaya menghentikan laju penularan virus tersebut.
Lalu, setelah situasi pandemi mereda hingga kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dicabut oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, apakah pendidikan digital relevan untuk diterapkan.
Menjawab pertanyaan tersebut Kepala Seksi Kelembagaan Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung Mulyadi Sukri, mengatakan, metode pembelajaran daring memang diterapkan semasi pandemi. Tapi hal itu dianggap kurang efektif dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka.
“Menurutnya, pendidikan tatap muka lebih bagus karena siswa lebih mudah memahami pelajaran dimana terdapat interaksi langsung antara siswa dengan guru,” terangnya saat diwawancarai Selasa (03/01/23).
Menjawab pertanyaan yang sama, Akedemisi sekaligus kepala prodi Teknik Informatika Institut Informatika dan Bisnis Darmajaya Dr. Chairani, S.Kom., M.Eng mengatakan, metode pembelajaran tatap muka dan daring sama-sama efektif menjadi sarana transformasi pengetahuan.
“Akan tetapi, proses mendidik karakter dan etika mahasiswa akan sulit dilakukan jika pembelajaran melalui daring. Seperti mendisiplinkan dan menegur mahasiswa jika menyalahi aturan via online tidak efektif dilakukan,”tambahnya saat diwawancarai Kamis (05/01/23).
Menurutnya pembelajaran di kampus tidak hanya proses transfer ilmu. Melainkan juga, terdapat pendidikan yang membentuk etika dan daya juang mahasiswa. Hal itu lebih mudah sampai jika pembelajarannya tatap muka.
Sementara itu, Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (UNILA), Bani Syafi’i, mengatakan, Kemajuan digital disatu sisi memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan informasi. Semisal mahasiswa ingin mengetahui bagaimana aktivitas masyarakat di Jerman, mahasiswa dengan mudah menemukannya di internet.
Atau mahasiswa ingin mengetahui pariwisata di Australia, dengan mengunakan smartphone mahasiswa bisa melihat bagaimana indahnya pariwisata disana.
Sementara untuk metode pembelajaran terdapat beberapa jurusan yang kurang efektif jika diterapkan metode daring. Semisal prodi sejarah, jika online mahasiswa akan dengan mudah mengantuk saat mendengar penjelasan dari dosennya.
Metode pembelajaran via zoom dan via online lainnya, mahasiswa kerap hanya mengikuti tanpa menyimak dengan sungguh-sungguh. Menanggapi hal tersebut menurutnya hal itu tergantung moral mahasiswa itu sendiri.
“Jika moral mahasiswa buruk, baik pembelajaran ofline maupun online, ia tidak akan menyimak pembelajaran dan tidak menghargai dosennya, begitupun sebaliknya,” terangnya saat diwawancarai via WhatsApp Rabu (04/01/23).
Sementara itu mahasiswi dan sekaligus Ketua Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL) Meri Aprya mengatakan, pendidikan digital hanya mungkin digunakan semasa pandemi covid-19. Oleh karena hal itu adalah solusi terbaik agar proses pendidikan tetap berjalan ditengah upaya penghentian laju penularan virus corona.
“Akan tetapi jika melihat situasi normal, sebuah situasi yang terlepas dari ancaman corona, pendidikan digital atau daring kurang efektif. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa akan sangat sulit memahami pelajaran,”tambahnya saat diwawancarai Rabu (04/01/23).
“Apalagi, tidak terdapat dinamika mahasiswa ketika pembelajaran daring. Karena tidak ada aktivitas diskusi di lorong-lorong kelas ketika menunggu datangnya dosen dan tidak ada pembicaraan apapun dikantin selepas jam kuliah, padahal aktivitas tersebut intens dilakukan ketika kuliah tatap muka,”terangya. (Sandi)