Unila(dinamik.id) – Sebagaimana langkahnya telah membawanya hingga ke tanah “Sang Bumi Ruwa Jurai”, semangat dan tekadnya dalam menuntut ilmu begitu mantap terlihat sebagai contoh nyata di kalangan anak muda bangsa.
Muhammad Hafiz Adam atau yang kerap dipanggil Hafiz merupakan mahasiswa baru Universitas Lampung (Unila) Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) 2023.
Sejak acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) pada Senin, 14 Agustus 2023 lalu, Hafiz menjadi sorotan pada acara tersebut. Sebab dia menjadi satu-satunya mahasiswa asal Aceh yang maju ke depan bersama sejumlah mahasiswa asal Papua.
Melihat fakta ini membuat saya tertarik untuk mengangkat kisah dan perjalanannya dari Aceh hingga akhirnya melanjutkan pendidikan di Unila. Tepat pukul 12.00 WIB seluruh kegiatan diistirahatkan, para mahasiswa pun disilakan untuk melaksanakan ibadah sholat Dzuhur dan makan siang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Setelah selesai sholat dia datang menghampiri saya di pintu Selatan Gedung Serbaguna (GSG) untuk memulai proses wawancara. Saya begitu penasaran bagaimana akhirnya dia memutuskan untuk datang jauh-jauh dari Aceh sampai ke Bandarlampung.
Hafiz bilang, sempat kebingungan dalam memilih Universitas untuk menjadi tempatnya melanjutkan pendidikan, sampai akhirnya dia melihat Unila sebagai kampus yang berakreditasi A, begitu juga jurusan impiannya yang telah terakreditasi A.
Laki-laki kelahiran Qatar ini mengatakan, perjalanannya tidak lepas dari dukungan keluarga dan teman-teman terdekat yang menyongsong semangatnya dalam mengenyam pendidikan dan motivasi untuk senantiasa berusaha meraih mimpinya.
Cita-citanya menjadi Software Developerlah yang kemudian membuat Hafiz mantap memilih Ilmu Komputer sebagai jurusan kuliahnya di Unila, sebagai upayanya dalam menggapai cita-cita.
Harapannya ilmu yang ia dapatkan selama menempuh pendidikan di Unila dapat digunakan untuk berkontribusi pada perubahan positif khususnya yang berkaitan dengan ekonomi dan teknologi di daerah asalnya, Aceh.
Hafiz menuturkan terdapat beberapa perbedaan yang ia lihat selama kurang lebih setengah bulan tinggal di Bandarlampung, “Di sini orang-orangnya lebih terbuka, ramah, suka diajak bicara. Di Aceh, terutama di lingkungan saya tidak seramah orang-orang yang saya temui di sini,”
Dia melihat diversitas sebagai sesuatu yang dapat menghasilkan toleransi akan keberagaman dan pertukaran ide cemerlang. Tentunya hal ini memicu perkembangan lingkungan kampus dan organisasi di Unila semakin ramah akan perbedaan.
Hafiz juga berpesan kepada para mahasiswa baru yang juga merantau dari luar daerah untuk tetap terbuka terhadap perubahan lingkungan, “Teman-teman jangan ragu untuk memulai berinteraksi dengan mahasiswa lain, cari teman-teman baru, dan jangan takut untuk mencari bantuan jika diperlukan.”
Setelah berbincang dengan Hafiz, saya dapat melihat tekadnya untuk menjadikan pengalaman kali ini sebagai sesuatu yang berharga dan dapat dikenang kemudian. Ia berharap tekad dan keberaniannya yang datang jauh-jauh untuk mengemban ilmu dapat mengispirasi banyak orang.