Bandar Lampung, (Dinamik.id) — Lampung Literature bersama Badan Bahasa Kemendikdasmen RI meluncurkan program literasi bertajuk “Menulisi Lampung: Sayembara dan Workshop Penulisan Novela Berbasis Sejarah dan Budaya Lampung”. Program ini berlangsung mulai pertengahan Agustus hingga akhir Oktober 2025, dengan rangkaian kegiatan yang ditujukan bagi generasi muda penulis.
Menurut Iskandar, penanggung jawab program, kegiatan ini merupakan respon terhadap kondisi bahasa dan budaya Lampung yang cukup memprihatinkan.
“Menurut data BPS dari total 9,5 juta jiwa lebih penduduk Lampung, hanya sekitar 13,56% yang beretnis Lampung, dan Kantor Bahasa (2023) mengungkapkan bahwa berdasarkan data BPS, pengguna aktif bahasa Lampung berjumlah kurang lebih 6.250 orang,” jelasnya
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Bahasa Lampung tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, melainkan juga cermin nilai, etika, serta memori kolektif masyarakat. Jika bahasa itu hilang, maka runtuh pula warisan budayanya. Karena itulah sastra dipilih sebagai medium untuk merawat dan menghidupkannya kembali,” tambahnya.
Program ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama berupa open call sayembara penulisan novela yang digelar pada 11–28 Agustus 2025. Dari tahap ini, panitia akan menyeleksi delapan peserta untuk melanjutkan ke Tahap kedua, yaitu Workshop/Residensi Penulisan Novela yang berlangsung pada 5–9 September 2025. Peserta akan dibimbing oleh para narasumber dalam menggali sejarah, budaya, serta teknik penulisan kreatif. Tahap ketiga adalah periode penulisan dan penyempurnaan naskah, di mana para peserta mendapat pendampingan hingga lahir karya yang matang. Sebagai penutup, karya para peserta akan dipublikasikan dalam acara Perjamuan Prosa pada 28 Oktober 2025 di Bandar Lampung.
Sementara itu, Ari Pahala Hutabarat, pengarah program, menegaskan bahwa sastra dapat menjadi jembatan penting antara generasi muda dan akar budayanya.
“Novela-novela ini bukan sekadar bacaan hiburan. Ia bisa menjadi cara untuk menengok kembali sejarah dan budaya Lampung dengan sudut pandang yang segar dan relevan. Dari sana diharapkan tumbuh rasa empati dan kecintaan baru masyarakat terhadap identitas budaya lokal,” ungkapnya.
“Program ini kami harap mampu melahirkan karya-karya prosa yang tidak hanya berkualitas secara sastra, tetapi juga berperan sebagai dokumentasi kultural untuk generasi mendatang,” tutupnya. (*)