Bandar Lampung, (dinamik.id)- Dalam upaya mencegah banjir dan mengendalikan aliran air di Kota Bandar Lampung, Pemerintah Kota (Pemkot) mengambil langkah-langkah persuasif untuk menyosialisasikan pentingnya menjaga kawasan bantaran sungai. Pendekatan ini diambil guna memastikan warga tidak membangun di badan sungai yang dapat menghambat aliran air dan memperburuk kondisi banjir.
Sekretaris Daerah Kota Bandar Lampung, Iwan Gunawan mengatakan permasalahan banjir terjadi karena aliran air yang masuk ke kota lebih besar dibandingkan kemampuan saluran untuk mengalirkan air keluar.
“Normalisasi sungai menjadi prioritas untuk memperbaiki aliran air keluar. Kami juga terus mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, karena hal ini dapat menyumbat saluran dan memicu banjir,” kata Iwan, Kamis (14/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, Pemkot mengedepankan sosialisasi mengenai pentingnya menjaga lingkungan dengan berbagai upaya, seperti membuat sumur resapan dan lubang biopori di lingkungan permukiman.
“Target kami adalah membuat 20 ribu lubang biopori, atau sekitar seribu titik per kecamatan, sehingga serapan air tanah meningkat dan potensi banjir dapat berkurang,” tambahnya.
Program ini disertai dengan kegiatan rutin Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk membersihkan dan memperbaiki saluran drainase. Pemkot juga memperlebar dan meninggikan saluran drainase di titik-titik rawan banjir.
Iwan Gunawan menegaskan bahwa sosialisasi persuasif dilakukan melalui camat dan lurah untuk mendidik warga agar tidak membangun di badan sungai.
“Bagi mereka yang sudah terlanjur membangun, kami mengedukasi secara persuasif agar mereka bersedia merenovasi bangunan tanpa menghalangi aliran air. Jika pendekatan persuasif ini tidak berhasil dan merugikan masyarakat luas, kebijakan yang lebih tegas mungkin akan diterapkan,” tegasnya.
Sebelumnya, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung mengakui telah melakukan beberapa upaya normalisasi sungai di Kota Bandar Lampung. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah keberadaan permukiman di sepanjang bantaran sungai yang menghambat proses tersebut.
Kepala BBWS Mesuji Sekampung, Roy Panagom Pardede menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan normalisasi di beberapa wilayah, seperti Sukamaju, Keteguhan, dan Way Kandis, serta penanganan bencana banjir di Campang.
“Khusus untuk Bandar Lampung, kami sudah melakukan normalisasi di sungai-sungai tersebut, tetapi kami kesulitan menangani lokasi yang ada karena aksesnya sulit. Di kanan dan kiri sungai sudah penuh dengan permukiman, sehingga alat berat tidak bisa masuk,” kata Roy, Rabu (13/11).
Ia menambahkan bahwa di wilayah Keteguhan, lebar saluran yang seharusnya mencapai 4-5 meter kini menyempit menjadi kurang dari 1 meter.
“Ini menjadi kendala besar bagi kami,” ujarnya.