Bandar Lampung, (dinamik.id) — Bandar Lampung masih darurat banjir. Hujan deras yang mengguyur sejak Jumat malam (21/2/2025) menyebabkan banjir melanda sejumlah wilayah. Hampir separuh ibukota Provinsi Lampung terendam banjir, termasuk di akses jalan protokol kota.
Banjir acap kali menimbulkan korban jiwa. Tak sedikit menjadi korban hingga meninggal dunia. Di Jalan Tirtayasa, Campang Raya, sebuah mobil terseret arus banjir pada Jumat malam, menewaskan satu orang.
Sementara itu, di Gedong Air, Tanjungkarang Barat, pasangan suami istri, Rosmiani (36) dan Heryadi Prabowo (38), meninggal dunia setelah tertimbun pondasi serta tembok rumah tetangga yang roboh akibat derasnya hujan.
Selain kerugian materiil yang besar, bencana ini selalu menimbulkan kekhawatiran warga.
Banyak yang mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam menangani persoalan banjir yang terus berulang setiap tahunnya. Blue print sistem drainase yang belum ada, hingga minimnya embung dan wilayah resapan air menjadi alasan pemicunya.
Rencana Pembangunan Jembatan Gantung
Sementara, Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, pada saat peresmian JPO Siger Milenial, Jumat (14/02/2025) mengumumkan rencana pembangunan flyover dan kereta gantung untuk mengurangi kemacetan di kota.
“Nanti juga mohon doanya kita lagi diskusi dengan PU kita akan membangun flyover lagi, ini akan kita lihat anggaran kita apakah 2 atau 1 dan mudah-mudahan ini bisa terealisasi,” katanya
Desakan Warga
Namun, rencana tersebut mendapat respons negatif dari masyarakat. Mereka berharap Pemkot Bandar Lampung tak hanya fokus pada proyek mercusuar yang dianggap belum mendesak.
Warga Kelurahan Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, David (35) warga yang rumahnya terendam banjir, menyampaikan kekecewaannya terhadap rencana tersebut.
“Masyarakat butuh solusi nyata untuk mengatasi banjir. Setiap hujan deras masyarakat dibuat was-was. Ada yang rumahnya kebanjiran, barang-barang rusak, dan aktivitas terganggu. Pemerintah seharusnya fokus pada progam penanggulangan banjir, seperti perbaikan drainase dan pengelolaan air, bukan membangun kereta gantung yang tidak mendesak,” ujarnya.
Senada dengan itu, Santi (30) mengatakan bahwa banjir kali ini termasuk yang paling parah selama tinggal di sana. Ia mengaku sudah lelah dengan banjir yang tak pernah mendapatkan solusi konkrit dari pemerintah.
Santi berharap Walikota Bandar Lampung tak lagi memikirkan proyek-proyek estetika seperti jembatan gantung. Tapi fokus menggunakan anggaran miliaran rupiah itu untuk penanganan banjir dan perbaikan jalan.
“Ajak para ahli untuk kolaborasi penanganan banjir harus seperti apa. Jangan sampai periode kedua tanpa hasil apa-apa,” tegas Santi.
Terpisah, warga Kelurahan Rajabasa Induk, Kecamatan Rajabasa, Ridwan (32) berharap pemerintah bisa serius mengatasi banjir yang semakin mengkhawatirkan.
“Belum lama banjir besar Bandar Lampung, ini hujan semalam langsung banjir lagi. Kalau gak ditangani serius, bisa-bisa tiap hujan kami kebanjiran terus,” kata Ridwan.
Menurutnya, Pemkot harus segera membuat pemetaan sistem drainase. Termasuk melakukan normalisasi sungai dan meninggikan tanggul di sekitar sungai. Bahkan kalau perlu, pemkot membeli lahan untuk membangun embung sebagai upaya meminimalisir banjir.
Masyarakat berharap pemerintah daerah lebih responsif dalam menangani masalah banjir serta memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan warga sebelum melaksanakan proyek infrastruktur lainnya. (Amd)
Penulis : Mufid